Minggu, 22 Januari 2012

Laporan Akhir Tugas RX Tx

BAB I PENDAHULUAN
1.      LATAR BELAKANG
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dari masa ke masa berkembang cepat  Terutama dibidang otomasi industri. Perkembangan ini tampak jelas di industri pemabrikan, dimana  Sebelumnya banyak pekerjaan menggunakan tangan manusia, kemudian beralih menggunakan mesin, berikutnya dengan electro-mechanic (semi otomatis) dan sekarang sudah menggunakan robotic (full automatic) seperti penggunaan Flexible Manufacturing Systems (FMS) dan Computerized Integrated Manufacture (CIM) dan sebagainya.
      Model apapun yang digunakan dalam sistem otomasi pemabrikan sangat tergantung kepada keandalan sistem kendali yang dipakai. Hasil penelitian menunjukan secanggih apapun sistem kendali yang dipakai akan sangat tergantung kepada sensor maupun transduser yang digunakan..
      Sensor dan transduser merupakan peralatan atau komponen yang mempunyai peranan penting dalam sebuah sistem pengaturan otomatis. Ketepatan dan kesesuaian dalam memilih sebuah sensor akan sangat menentukan kinerja dari sistem pengaturan secara otomatis.
      Besaran masukan pada kebanyakan sistem kendali adalah bukan besaran listrik, seperti besaran fisika, kimia, mekanis dan sebagainya. Untuk memakaikan besaran listrik pada sistem pengukuran, atau sistem manipulasi atau sistem pengontrolan, maka biasanya besaran yang bukan listrik diubah terlebih dahulu menjadi suatu sinyal listrik melalui sebuah alat yang disebut transducer


2.      Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan laporan ini, yaitu :
a.       Sebagai tugas khir Mata Kuliah Perencanaan Rx Tx
b.      Untuk mengetahui system kerja Pemancar dan Penerima dengan menggunakan Transduser Ultrasonik

3.      Manfaat Penulisan
            Adapun manfaat dalam penyusunan laporan ini yaitu untuk memperdalam pengetahuan mahasiswa dalam Mata Kuliah Perencanaan Rx Tx dengan mengunakan Transduser Ultrasonik sebagai remot kontrol.










BAB II
 TEORI DASAR TRANSDUSER
1.      Pengertian Tranduser
D Sharon, dkk (1982), mengatakan sensor adalah suatu peralatan yang berfungsi untuk mendeteksi gejala-gejala atau sinyal-sinyal yang berasal dari perubahan suatu energi seperti energi listrik, energi fisika, energi kimia, energi biologi, energi mekanik dan sebagainya..
Contoh; Camera sebagai sensor penglihatan, telinga sebagai sensor pendengaran, kulit sebagai sensor peraba, LDR (light dependent resistance) sebagai sensor cahaya, dan lainnya.
William D.C, (1993), mengatakan transduser adalah sebuah alat yang bila digerakan oleh suatu energi di dalam sebuah sistem transmisi, akan menyalurkan energi tersebut dalam bentuk yang sama atau dalam bentuk yang berlainan ke sistem transmisi berikutnya”. Transmisi energi ini bisa berupa listrik, mekanik, kimia, optic (radiasi) atau thermal (panas).
Contoh; generator adalah transduser yang merubah energi mekanik menjadi energi listrik, motor adalah transduser yang merubah energi listrik menjadi energi mekanik, dan sebagainya.

Sehingga dapat di simpulkan bahwa Transduser berasal dari kata “traducere” dalam bahasa Latin yang berarti mengubah. Berdasarkan pengertian diatas maka  transduser dapat didefinisikan sebagai suatu peranti yang dapat mengubah suatu energi ke bentuk energi yang lain. Bagian masukan dari transduser disebut “sensor ”, karena bagian ini dapat mengindera suatu kuantitas fisik tertentu dan mengubahnya menjadi bentuk energi yang lain.
Dari sisi pola aktivasinya, transduser dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Transduser pasif, yaitu transduser yang dapat bekerja bila mendapat energi tambahan dari luar.
b. Transduser aktif, yaitu transduser yang bekerja tanpa tambahan energi dari  luar, tetapi menggunakan energi yang akan diubah itu sendiri.

           Untuk jenis transduser pertama, contohnya adalah thermistor. Untuk mengubah energi panas menjadi energi listrik yaitu tegangan listrik, maka thermistor harus dialiri arus listrik. Ketika hambatan thermistor berubah karena pengaruh panas, maka tegangan listrik dari thermistor juga berubah. Adapun contoh untuk transduser jenis yang kedua adalah termokopel. Ketika menerima panas, termokopel langsung menghasilkan tegangan listrik tanpa membutuhkan  energi dari luar.

2.      Persyaratan umum sebuah Transduser
1.      Linearitas
Ada banyak sensor yang menghasilkan sinyal keluaran yang berubah secara kontinyu sebagai tanggapan terhadap masukan yang berubah secara kontinyu. Sebagai contoh, sebuah sensor panas dapat menghasilkan tegangan sesuai dengan panas yang dirasakannya. Dalam kasus seperti ini, biasanya dapat diketahui secara tepat bagaimana perubahan keluaran dibandingkan dengan masukannya berupa sebuah grafik. Gambar 1.1 memperlihatkan hubungan dari dua buah sensor panas yang berbeda. Garis lurus pada gambar 1.1(a). memperlihatkan tanggapan linier, sedangkan pada gambar 1.1(b). adalah tanggapan non-linier.


2.      Sensitivitas
Sensitivitas akan menunjukan seberapa jauh kepekaan sensor terhadap kuantitas yang diukur. Sensitivitas sering juga dinyatakan dengan bilangan yang menunjukan “perubahan keluaran dibandingkan unit perubahan masukan”. Beberepa sensor panas dapat memiliki kepekaan yang dinyatakan dengan “satu volt per derajat”, yang berarti perubahan satu derajat pada masukan akan menghasilkan perubahan satu volt pada keluarannya. Sensor panas lainnya dapat saja memiliki kepekaan “dua volt per derajat”, yang berarti memiliki kepakaan dua kali dari sensor yang pertama. Linieritas sensor juga mempengaruhi sensitivitas dari sensor. Apabila tanggapannya linier, maka sensitivitasnya juga akan sama untuk jangkauan pengukuran keseluruhan. Sensor dengan tanggapan paga gambar 1.1(b) akan lebih peka pada temperatur yang tinggi dari pada temperatur yang rendah.
3.      Infra Red
            Cahaya infra merah (infra red) ialah sinar elektromagnet yang panjang gelombangnya lebih daripada cahaya nampak yaitu di antara 700 nm dan 400 nm. Sinar infra merah merupakan cahaya yang tidak tampak.

3.      Tanggapan Waktu
Tanggapan waktu pada sensor menunjukan seberapa cepat tanggapannya terhadap perubahan masukan. Sebagai contoh, instrumen dengan tanggapan frekuensi yang jelek adalah sebuah termometer merkuri. Masukannya adalah temperatur dan keluarannya adalah posisi merkuri. Misalkan perubahan temperatur terjadi sedikit demi sedikit dan kontinyu terhadap waktu, seperti tampak pada gambar 1.2(a).
Frekuensi adalah jumlah siklus dalam satu detik dan diberikan dalam satuan hertz (Hz). { 1 hertz berarti 1 siklus per detik, 1 kilohertz berarti 1000 siklus per detik]. Pada frekuensi rendah, yaitu pada saat temperatur berubah secara lambat, termometer akan mengikuti perubahan tersebut dengan “setia”. Tetapi apabila perubahan temperatur sangat cepat lihat gambar 1.2(b) maka tidak diharapkan akan melihat perubahan besar pada termometer merkuri, karena ia bersifat lamban dan hanya akan menunjukan temperatur rata-rata.

4.      Klasifikasi Transduser (William D.C, 1993)
  1. Self generating transduser (transduser pembangkit sendiri)
Self generating transduser adalah transduser yang hanya memerlukan satu sumber energi.
Contoh: piezo electric, termocouple, photovoltatic, termistor, dsb.
Ciri transduser ini adalah dihasilkannya suatu energi listrik dari transduser secara langsung. Dalam hal ini transduser berperan sebagai sumber tegangan.
  1. External power transduser (transduser daya dari luar)
External power transduser adalah transduser yang memerlukan sejumlah energi dari luar untuk menghasilkan suatu keluaran.
Contoh: RTD (resistance thermal detector), Starin gauge, LVDT (linier variable differential transformer), Potensiometer, NTC, dsb.
Tabel berikut menyajikan prinsip kerja serta pemakaian transduser berdasarkan sifat kelistrikannya.
                   Tabel 1. Kelompok Transduser
Parameter listrik dan kelas transduser
Prinsip kerja dan sifat alat
Pemakaian alat
Transduser Pasif
Potensiometer
Perubahan nilai tahanan karena posisi kontak bergeser
Tekanan, pergeseran/posisi
Strain gage
Perubahan nilai tahanan akibat perubahan panjang kawat oleh tekanan dari luar
Gaya, torsi, posisi
Transformator selisih (LVDT)
Tegangan selisih dua kumparan primer akibat pergeseran inti trafo
Tekanan, gaya, pergeseran
Gage arus pusar
Perubahan induktansi kumparan akibat perubahan jarak plat
Pergeseran, ketebalan
Transduser Aktif
Sel fotoemisif
Emisi elektron akibat radiasi yang masuk pada permukaan fotemisif
Cahaya dan radiasi
Photomultiplier
Emisi elektron sekunder akibat radiasi yang masuk ke katoda sensitif cahaya
Cahaya, radiasi dan relay sensitif cahaya
Termokopel
Pembangkitan ggl pada titik sambung dua logam yang berbeda akibat dipanasi
Temperatur, aliran panas, radiasi
Generator kumparan putar (tachogenerator)
Perputaran sebuah kumparan di dalam medan magnit yang membangkitkan tegangan
Kecepatan, getaran
Piezoelektrik
Pembangkitan ggl bahan kristal piezo akibat gaya dari luar
Suara, getaran, percepatan, tekanan
Sel foto tegangan
Terbangkitnya tegangan pada sel foto akibat rangsangan energi dari luar
Cahaya matahari
Termometer tahanan (RTD)
Perubahan nilai tahanan kawat akibat perubahan temperatur
Temperatur, panas
Hygrometer tahanan
Tahanan sebuah strip konduktif berubah terhadap kandungan uap air
Kelembaban relative
Termistor (NTC)
Penurunan nilai tahanan logam akibat kenaikan temperatur
Temperatur
Mikropon kapasitor
Tekanan suara mengubah nilai kapasitansi dua buah plat
Suara, musik,derau
Pengukuran reluktansi
Reluktansi rangkaian magnetik diubah dengan mengubah posisi inti besi sebuah kumparan
Tekanan, pergeseran, getaran, posisi

5.      Pemilihan Transduser
Pemilihan suatu transduser sangat tergantung kepada kebutuhan pemakai dan lingkungan di sekitar pemakaian. Untuk itu dalam memilih transduser perlu diperhatikan beberapa hal di bawah ini:
1.      Kekuatan, maksudnya ketahanan atau proteksi pada beban lebih.
2.      Linieritas, yaitu kemampuan untuk menghasilkan karakteristik masukan-keluaran yang linier.
3.      Stabilitas tinggi, yaitu kesalahan pengukuran yang kecil dan tidak begitu banyak terpengaruh oleh faktor-faktor lingkungan.
4.      Tanggapan dinamik yang baik, yaitu keluaran segera mengikuti masukan dengan bentuk dan besar yang sama.
5.      Repeatability : yaitu kemampuan untuk menghasilkan kembali keluaran yang sama ketika digunakan untuk mengukur besaran yang sama, dalam kondisi lingkungan yang sama.
6.      Harga. Meskipun faktor ini tidak terkait dengan karakteristik transduser sebelumnya, tetapi dalam penerapan secara nyata seringkali menjadi kendala serius, sehingga perlu juga dipertimbangkan.






BAB III
PERENCANAAN
1.      Perencanaan Trasmiter (Tx)
a)      Pemancar Ultrasonik
            Suatu pemancar yang palig sederhana untuk memancarkan suatu gelombang suara ultrasonic di tentukan rangkayan pembangkit frekuensi pancar 40 KHz dan tranduser Ultrasonik yang dimana seperti gambar di bawah ini :


 





Gambar : Rangkayan pemancar Tx
            Agar pembangkit frekuensi 40 KHz dapat bekerja maka di butuhkan suatu rangkaian pembangkit frekuensi yang mengunakan IC 555.
b)     Pemancar Sensor  Infra Red
              Alat yang digunakan sebagai remote control untuk mengendalikan Dynamo dari jarak jauh adalah sebuah rangkaian pemancar yang cukup sederhana. Pemancar ini terdiri dari beberapa bagian yang digabungkan sehingga sistem rangkaian dapat bekerja dengan baik. Bagian - bagian tersebut adalah pembangkit sinyal, Osilator, Modulator, dan penguat gelombang RF, serta sebuah antena.
Cara kerja rangkaian pemancar gelombang RF dapat dijelaskan sebagai berikut. Sebagai pembangkit sinyal adalah sebuah IC yaitu IC TX-2. IC ini membangkitkan sinyal berupa pulsa. Karena sinyal yang dihasilkan berupa pulsa maka bentuk sinyalnya adalah kotak. Bentuk sinyal yang dihasilkan oleh IC TX - 2 dapat dilihat pada gambar 19.

Pulsa atau sinyal ini digunakan untuk mengaktifkan Osilator yang dibentuk oleh Q2 bersama  sama dengan C1, C2, dan Y. R4 berfungsi untuk memberikan bias basis atau tegangan bias Q2. Q1 adalah sebagai modulator atau penggabung sinyal antara sinyal berupa pulsa dan sinyal pembawa dari osilator RF. Jika input Q1 mendapatkan sinyal berupa pulsa dari IC TX- 2, maka Q1 akan menghantar dan memberikan pulsa kepada Q2. Dengan demikian Q2 juga akan bekerja dan osilator pun akan aktif / bekerja.  Karena proses yang demikian maka terjadilah penumpangan atau pemodulasian sinyal dari sinyal pulsa kepada gelombang pembawa. Selanjutnya gelombang pembawa yang telah dimodulasi dikuatkan oleh Q3 lewat C3. Setelah gelombang RF ini dikuatkan selanjutnmya dipancarkan oleh antena pemancar melalui C4.
 
2.      Perencanaan Receiver (Rx)
a)      Penerima Transduser Ultrasonik
Agar hasil pantulan gelombang suara ultrasonic yang di pancarkan dapat di terima maka dibutuhkan suatu tranduse ultrasonic dan rangkaian penerima yang diaman seperti gambar di bawah ini :


 

 
Gambar : Rangkaian Penerima (Rx)
b)     Penerima.
Seperti halnya pada pemancar, penerima juga disusun dari beberapa bagian. Dengan demikian akan bekerja dengan baik sebagai pengendali dnamo  jarak jauh.
     Fungsi dari rangkaian penerima adalah kebalikan dari fungsi rangkaian pemancar. Rangkaian pemancar menggabungkan sinyal berupa pulsa dengan gelombang pembawa, sedangkan rangkaian penerima memisahkan sinyal berupa pulsa tersebut dari gelombang pembawa. Pada rangkaian penerima ditambahkan dengan sebuah saklar pembalik fase yang berfungsi untuk mengendalikan arah putaran motor DC.
Mula - mula gelombang RF dari pemancar diterima oleh antena penerima, selanjutnya ditala oleh Q1 dengan bantuan C2 dan L1, serta C3. Kemudian sinyal pulsa dipisahkan dari  gelombang RF atau gelombang pembawa. Lalu sinyal pulsa ini diseleksi oleh IC RX – 2 sesuai dengan pulsa yang diberikan oleh pemancar. Pulsa dari pemancar ada tiga buah pulsa yang mempunyai jeda waktu yang berbeda beda. Kemudian sinyal yang bertegangan 3 volt ini dilewatkan. Jika pada pemancar yang ditekan adalah tombol 1 atau kaki no 5 yang di groundkan, maka pada rangkaian penerima pembalik fase akan keluar melalui output 1. Jika tombol 2 ditekan atau kaki no 4 yang di groundkan maka pada rangkaian penerima sinyal pembalik fase akan keluar melalui output 2. Jika tombol 3 ditekan atau kaki no 1 yang di groundkan maka pada rangkaian penerima sinyal  akan keluar melalui output 3. Jika tombol 4 ditekan atau kaki no 14 yang di groundkan maka pada rangkaian penerima sinyal akan keluar melalui output 4.
Selanjutnya sinyal ini digunakan untuk mengendalikan rangkaian pembalik fase motor dc. Rangkaian pembalik fase dapat dilihat pada  gambar 21. Cara kerja dari rangkaian pembalik fase adalah sebagai berikut:


Prinsip kerja dari gambar pembalik fase yaitu jika tombol 1 dari pemancar ditekan maka kaki IC RX  2 no 6 pada penerima akan menghasilkan output tegangan sebesar 3 V.  Q1 on maka Q2 juga aka aktif dan pada kaki kolektor Q2 dan Q3 akan lebih positif dari pada kaki kolektor Q4 dan Q5 yang tidak mendapatkan tegangan input dari kaki IC RX  no 7. setelah mendapatkan tegangan maka motor akan berputar sesuai dengan perintah masukan dari kaki IC dan motor akan berputar. Sebaliknya  jika tombol 2 dari pemancar ditekan maka kaki IC RX 2 no 7 pada penerima akan menghasilkan  output tegangan sebesar 3 V. Tegangan tersebut akan melewati R4 kaki kolektor Q4 dan Q5akan lebih positif dari pada kaki kolektor Q2 dan Q3 yang tidak mendapatkan tegangan input dari kaki IC RX  no 6. setelah mendapatkan tegangan maka motor dc akan berputar sesuai dengan perintah masukan dari kaki IC dan motor dc akan berputar.

3.      Menentukan fungsi rangkaian
·         Rangkaian pembangkit clok
Rangkaian ini berfungsi membangkitkan pulsa-pulsa clok dengan frekuensi 17,05 KHz.
·         Rangkaian penguat penerima  
Rangkaian ini berfungsi untuk menguatkan gelombang suara ultrasonic hasil pantulan yang diterima oleh transuser penerima ultrasonic menjadi sinyal listrik untuk diproses dalam alat ini.
·         IC TX  2
  IC TX  2 adalah IC transmiter yang berfungsi membangkitkan sinyal berbentuk pulsa  pulsa yang nantinya akan dikirimkan ke pesawat penerima dengan menggunakan glombang berfrekuensi tinggi (35 MHz).
 ·         IC RX  2
IC RX  2 ini adalah IC receiver yang berfungsi menerima sinyal yang telah dikirimkan oleh pesawat pemancar. IC ini memisahkan dan membedakan masing  masing pulsa yang telahditerimanya.

4.      Rangkaian Penguat Penerima
Rangkaian penguat penerima digunakan untuk menerima gelombang suara ultrasonik panyulan dari transduser pemancar ultrasonik.
Komponen penguat yang digunakan adalah BC 548. Transduser penerima ultrasonik T3 akan menerima gelombang suara ultrasonik pantulan dan merubahnya menjadi sinyal listrik. Sinyal listrik yang dirubah oleh transduser T4 ini akan dikumpulkan ke penguat IC 3140.
5.         Prinsip Dasar Kerja Alat
a)      Rangkaian Ultrasonik
Alat ini digunakan sebagai remot dengan basis gelombang suara ultrasonik dengan prinsip pemantulan gelombang yang dipancarkan TX, dimana kecepatan dari gelombang suara dalam medium udara adalah 341 m/det, maka pada alat ini akan dibangkitkan oleh sebuah clock yang dapat mewakili jarak pengukuran tersebut.Ouput dari rangkaian pembangkit clock juga digunakan untuk mengaktifkan rangkaian pembangkit frekuensi 40 Khz, frekuensi 40 Khz ini dipancarkan oleh sebuah transduser pemancar ultrasonik. Transduser pemancar ultrasonik ini akan merubah sinyal listrik dengan frekuensi 40 Khz tersebut menjadi gelombang suara ultrasonik.
Gelombang suara ultrasonik yang dipancarkan akan diterima oleh rangkaian RX. Gelombang pantulan akan diterima oleh transduser penerima ultrasonik dan diperkuat oleh rangkaian penguat penerima.
b)     Rankaian Infra Red
Langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian terhadap fungsi dan kemampuan alat secara keseluruhan. Pada bagian pemancar atau remote control terdapat empat buah tombol saklar push botton yang masing  masing berfungsi untuk mengendalikan arah putaran motor DC pada bagian penerima. Pada remote control saklar tombol 1 berfungsi untuk mengendalikan arah putaran motor dc kekanan, saklar tombol 2 berfungsi untuk mengendalikan arah putaran motor kekiri, saklar tombol 3 berfungsi untuk mengendalikan arah putaran motor kekanan, dan saklar tombol 4 berfungsi untuk mengendalikan arah putaran motor kekiri. Dalam kaitan hal ini, simulasi beban yang dimaksud adalah pintu gerbang dan garasi. tegangan out put yang dihasilkan bagian penerima adalah 9 - 12 V maka motor bergerak agak lambat akan tetapi konstan. Kemampuan jarak yang dapat dijangkau alat ini kurang lebih adalah 20 meter.

laporan ini belum selesai dikerjakan,,masih dalam tahap uji coba alat,,terjadi  banyak kesalahan dalam perakitan alat,,kendalanya ialah di tempatku masih susah dalam mencari Transduser ultrasonik.

0 comments:

Posting Komentar